PEMBIMBING PAK II
A.
Ceramah
Dengan metode ceramah Yesus berusaha
menyampaikan pengetahuan kepada murid-murid-Nya atau menafsirkan pengetahuan
tersebut. Melalui pendekatan itu ia mengharafkan dua anggapan dari
para pendengar-Nya: pengertian mendalam dan perilaku baru (bnd. Khotbah di
bukit, Mat 5-7)
B.
Bimbingan
Yesus yang mengajar murid-murid-Nya
melalui ceramah itu juga memberikan bimbingan kepada mereka. Mereka diajarkan
melalui tinjauan yang kemudian harus diamalkan. Dalam Matius 10 misalnya,
keduabelas murid telah menerima petunjuk-petunjuk dari Yesus untuk mengusir
roh-roh jahat, melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan serta
memberitakan bahwa “Kerajaan Sorga sudah dekat”. (Mat 10;7). Ia menentukan apa
yang akan mereka laksanakan dan ke mana mereka pergi kelak (Mat 10:5-6).Apabila
mereka belajar secara tuntas, maka nanti mereka pun akan menjadi orang-orang
yang terdidik dan mendapat hak-hak Yesus sendiri (Mat 10:40-42).
C.
Menghafalkan
Meskipun tidak ada perintah khusus
dari Yesus agar murid-murid-Nya menghafalkan ayat-ayat tertentu dari Kitab
suci, namun kepentingan-Nya jelas sekali bagi Yesus pribadi. Tidak jarang Yesus
mengutip ayat dari Taurat, nubuat, misalnya, untuk membenarkan perilaku atau
gagasan yang dikemukakan-Nya (mis. Mat 12:1-8), khotbah di Bukit).
Sering pula, sesudah Yesus mengajarkan
ssesuatu atau selama Ia mengajarkan sesuatu, Ia condong mengikhtisarkan isinya
dalam suatu ucapan yang gampang di hafal, misalnya,…. Anak Manusia adalah Tuhan
atas hari Sabat” (Mat 12:8), “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi
orang sakit” (Mat 9:12), “… Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani,
memainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang” (Mrk 10:45)
D.
Perwujutan
Dalam metode ini kita lihat pendekatan
penulis Injil Matius terhadap pelayan Yesus. Tuhan itu dilukiskan sebagai
seorang yang telah mewujudkan dalam diri pribadi-Nya sebagian dari sejarah
bangsa Israel .
Ia, sama halnya seperti keturunan Yakub, turun ke Mesir agar diloloskan dari
bahaya. Kemudian, Yesus pun adalah yang dipanggil keluar dari Mezsir (Mat
2:13-15). Lalu ada masa percobaan di padang
gurun yang sejajar dengan pengalaman bangsa Israel di Sinai (mat 4: 1-11).
Dalam kotbah di Bukit itu, Yesus yang lebih berkuasa dari pemberi hukum Taurat,
yaitu Musa, memberikan “hukum” baru bagi para penghuni Kerajaan Allah, dan hukum
tersebut diucapkan dari bukit/gunung juga!
Meskipun sebagian dari metode “perwujudan” itu merupakan
pendekatan khas Matius, namun contohnya diberikan oleh Yesus sendiri. Melalui pengajaran-Nya
Yesus mengatakan bahwa Israel
telah terwujud dalam diri pribadi-Nya sebagai hamba Tuhan yang menderita (Mrk
10:32-34:45), dan bahwa gembala baik dari nubuat Yehezkiel sekarang terwujud
dalam diri-Nya (Yeh 34:15, a.l.; Yoh 10:1-18). Ia mewujudkan pula perjanjian
baru yang diumumkan Nabi Yeremia (Yer 31:31; Mrk 14:24b,a.l). Perwujutan itu
lebih mendalam artinya daripada melalui teknik memainkan peranan, sebab yang
terakhir ini hanya berlaku untuk waktu yang sementara saja, sedangkan dengan
perwujudan-Nya Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya bahwa diri
pribadi-Nyalah penyataan yang baru itu dan bukan hanya pengajaran-Nya. Ia
mengajar apa yang Ia adanya!
E.
Dialog
Metode ini banyak sekali contohnya
dalam keempat Injil, walaupun, memang penggunaanya tidak persis sama seperti
yang dimanfaatkan Sokrates. Sering pula Ia ajukan pertanyaan yang baru sebagai
tanggapan-Nya atas pertanyaan yang sebelumnya diajukan kepada-Nya.
Dialog memainkan peranan yang penting
juga pada waktu Yesus mengajar seorang perempuan dari samaria (Yoh 4). Dahaga Yesus merupakan
titik-tolak bagi dialog tersebut. “Berilah Aku minum” (Yoh 4:7b).
Melalui keperluan
jasmani yang pokok itu Yesus menghantar perempuan Samaria tersebut untuk meninjau ulang haluan
dan arti kehidupannya. Akhirnya bukan hanya ia saja yang tergolong, melainkan
penghuni-penghuni desanya juga, sampai mereka mengucapkan pengakuan iman yang
baru”Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami
sendiri telah mendengar Ia, dan kami tahu, bahwa Ialah benar-benar Juruselamat
dunia” (Yoh 4:42).
F.
Studi Kasus
Perumpamaan yang diceritakan Yesus
merupakan studi kasus. Dengan pendekatan itu, Yesus menggariskan seluk-beluk
salah satu “kasus”, sebagian dari pengalaman seorang tertentu, dan mengundang
para pelajar memanfaatkan akal dan imannya. Dengan studi kasus, misalnya “Anak
yang Hilang”, para pendengar-Nya didorong untuk memikirkan inti persoalan dan
bagaimana memecahkannya.
G.
Perjumpaan
Dengan metode perjumpaan, para
pelajar ditantang secara langsung untuk mengambil keputusan. Di sini Yesus
tidak bercerita. Ia memprakarsai pertanyaan yang pribadi dan besar sekali
maknanya. Atau kita ingat pula pertanyaan yang diajukan Yesus kepada
orang-orang Farisi, “Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau
tidak?” (Luk 14:3). Pertanyaan tersebut menantang para pendengar berfikir lebih
mendalam sebelum menjawab.
Metode perjumpaan itu banyak sekali
dipakai Yesus, tetapi di sini kita catat satu lagi saja, yaitu tentang reaksi
Simon, seorang farisi dan tuan rumah ketika Yesus diundang makan di sana . “jawaban patut
apakah yang perlu diberikan kepada Tuhan kerena pengampunanNya?” (Luk 7:36-50).
- Perbuatan Simbolis
Pada awal pelayanan Yesus di depan
umum, Ia dibaptiskan oleh Yohanes Pembaptis. Tindakan itu menimbulkan
pertanyaan dalam diri para serjana sampai masa kini. Mengapa Yesus dibaptiskan
oleh Yohanes, sedang makna pembaptisan Yohanes itu dikaitkan dengan pengampunan
dosa? Mengapa Yesus memerlukan baptisan demikian?
Rupanya, Yesus ingin mengajar murid-murid-Nya melalui perbuatan
simbolis ini. Pertama-tama Ia mengajarkan bahwa pelayanan-Nya berarti
perlunya pengorbanan diri sebagai tujuan utama kehidupan-Nya. Hubungan antara
pengorbanan dan baptisan dinyatakan melalui jawaban-Nya kepada Yakobus dan
Yohanes, yanmg memohon agar mereka boleh menerima hak istimewa nanti. Kata-Nya,
“dapatkah kamu… dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?” (Mrk 10:38).
Jadi, baptisan-Nya merupakan lambang kesengsaraan-Nya nanti. Kedua, melalui
lambang baptisan itu Yesus mengajarkan perlunya solider dengan semua orang
lain, dan bahwa solidaritas itu hanya dapat dinyatakan sebagai hamba yang
merendahkan diri dan yang menderita.
3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar